Rabu, 02 Juni 2010
Museum Geoteknologi Mineral
Latar Belakang dan Sejarah
Pada mulanya semenjak periode tahun 1967 sampai dengan 1986, setiap dosen, asisten apabila pulang dari lapangan dimanapun lokasinya membawa buah tangan baik berupa contoh batuan, fosil maupun bahan galian yang semuanya tadi dikumpulkan pada suatu ruang berukuran 4 x 6 m2 di Kampus UPN Jl. Kemetiran Yogyakarta. Disitulah setiap mahasiswa yang dari Ilmu Kebumian dan ilmu-ilmu yang terkait apabila ingin melihat dan mengamati berbagai contoh tersebut dating ke museum tersebut. Selanjutnya atas prakarsa Rektor UPN "Veteran" Yogyakarta (Prof. Drs. H.R. Bambang Soeroto) dengan beberapa dosen di bidang ilmu kebumian mendirikan museum ini dan diberi nama MUSEUM GEOTEKNOLOGI MINERAL, diresmikan oleh Menhankam Jenderal TNI (Purn) Poniman pada tanggal 17 Februari 1988.
Lokasi Museum
Kampus II UPN "VETERAN" Yogyakarta.
Jl. Babarsari No.2 - Yogyakarta
Telp. (0274) 486991 Fax. (0274) 486400
Transportasi
Jarak tempuh dari Bandar udara : 2 Km
Jarak tempuh dari Terminal Bus : 5 Km
Jarak tempuh dari Stasiun KA : 4 Km
Koleksi
Koleksi Museum Geoteknologi Mineral terdiri dari : Tektit, Mineral, Batuan, Foto Sayatan Batuan, Batu Mulia, Bahan Galian, Monolit Tanah, Peta, Panel, Maket, Fosil, Patung, Lukisan, Artefak, CD Film. Foro.
Jadwal Kunjung
Museum di buka pada hari Seni s/d Jum'at jam 08.00 - 14.00 Wib
Hari Sabtu, Minggu dan hari besar tutup kecuali ada pemberitahuan terlebih dahulu.
Harga Karcis Masuk
Gratis/tidak dipungut biaya
Fasilitas
Luas Tanah / Luas Bangunan : 1.000 m2 /750 m2
- Ruang Pameran Tetap
- Ruang Perpustakaan
- RuangPenyimpanan Koleksi
- Ruang Administrasi
- Ruang Audio Visual
- Kantin/Cafetaria
- Toilet
Label:
museum,
Museum Geoteknologi Mineral,
pendidikan,
pengetahuan,
wisata
Museum Benteng Vredeburg
Museum Benteng Vredeburg adalah sebuah museum yang terdapat di Yogtakarta, Indonesia. Museum ini memiliki sejarah panjang tentang asal usulnya.
Berikut ini adalah Sejarah Museum Benteng Vredeburg:
Masa Belanda
Benteng Vredeburg Yogyakarta berdiri terkait erat dengan lahirnya Kasultanan Yogyakarta. Perjanjian Giyanti 13 Februari 1755 yang berrhasil menyelesaikan perseteruan antara Susuhunan Pakubuwono III dengan Pangeran Mangkubumi (Sultan Hamengku Buwono I kelak) adalah merupakan hasil politik Belanda yang selalu ingin ikut campur urusan dalam negeri raja-raja Jawa waktu itu. Nama Perjanjian Giyanti, karena traktat tersebut disepakati di Desa Giyanti, suatu desa yang terletak di dekat Surakarta.
Perjanjian yang berhasil dikeluarkan karena campur tangan VOC selalu mempunyai tujuan akhir memecah belah dan mengadu domba pihak-pihak yang bersangkutan. Demikian pula dengan perjanjian Giyanti. Orang Belanda yang berperan penting dalam lahirnya Perjanjian Giyanti tersebut adalah Nicolaas Harting, yang menjabat Gubernur dari Direktur Pantai Utara Jawa (Gouverneur en Directeur van Java’s noordkust) sejak bulan Maret 1754.
Pada hakekatnya perjanjian tersebut adalah perwujudan dari usaha untuk membelah Kerajaan Mataram menjadi dua bagian yaitu Kasunanan Surakarta dan Kasultanan Yogyakarta. Untuk selanjutnya Kasultanan Yogyakarta diperintah oleh Pangeran Mangkubumi yang kemudian bergelar Sri Sultan Hamengku Buwono Senopati Ing Alogo Adul Rachman Sayidin Panata Gama Khalifatulah I. Sedang Kasunanan Surakarta diperintah oleh Paku Buwono III.
Langkah pertama yang diambil oleh Sri Sultan Hamengku Buwono I adalah segera memerintahkan membangun kraton. Dengan titahnya Sultan segera memerintahkan membuka hutan Beringan yang terdapat dusun Pacetokan. Sri Sultan Hamengku Buwono I mengumumkan bahwa wilyah yang menjadi daerah kekuasaannya tersebut diberi nama Ngayogyakarta Adiningrat (Ngayogyakarta Hadiningrat) dengan ibukota Ngayogyakarta. Pemilihan nama ini dimaksudkan untuk menghormati tempat bersejarah yaitu Hutan Beringan yang pada j=zaman almarhum Sri Susuhunan Amangkurat Jawi (Amangkurat IV) merupakan kota kecil yang indah. Di dalamnya terdapat istana pesanggrahan yang terkenal dengan Garjitowati. Kemudian pada zaman Sri Susuhunan Paku Buwono II bertahta di Kartasura nama pesanggrahan itu diganti dengan Ngayogya. Pada masa itu dipergunakan sebagai tempat pemberhentian jenazah para bangsawan yang akan dimakamkan di Imogiri.
Hutan kecil ini mula-mula adalah tempat peristirahatan Sunan Pakubuwono II dengan nama Pesanggrahan Garjitowati. Untuk selanjutnya beliau menggantinya dengan nama Ayogya (atau Ngayogya). Nama Ngayogyakarta ditafsirkan dari kata “Ayuda” dan kata “Karta”. Kata “a” berarti tidak dan “yuda” berarti perang. Jadi “Ayuda” mengandung pengertian tidak ada perang atau damai. Sedangkan “Karta” berarti aman dan tentram. Jadi Ngayogyakarta dapat diartikan sebagai “ Kota yang aman dan tenteram”.
Disamping sebagai seorang panglima perang yang tangguh Sri Sultan Hamengku Buwono I adalah pula seorang ahli bangunan yang hebat. Kraton Kasultanan Yogyakarta pertama dibangun pada tanggal 9 Oktober 1755. Selama pembangunan keraton berlangsung, Sultan dan keluarga tinggal di Pesanggrahan Ambarketawang Gamping, kurang lebih selama satu tahun. Pada hari Kamis Pahing, tanggal 7 Oktober 1756 meski belum selesai dengan sempurna, Sultan dan keluarga berkenan menempatinya. Peresmian di saat raja dan keluarganya menempati kraton ditandai dengan candra sangkala “Dwi Naga Rasa Tunggal”. Dalam tahun jawa sama dengan 1682, tanggal 13 Jimakir yang bertepatan dengan tanggal 7 Oktober 1756. Setelah kraton mulai ditempati kemudian segera disusul berdiri pula bangunan-bangunan pendukung lainnya. Kraton dikelilingi tembok yang tebal. Di dalamnya terdapat beberapa bangunan dengan aneka rupa dan fungsi. Bangunan kediaman sultan dan kerabat dekatnya dinamakan Prabayeksa, selesai dibangun tahun 1756. Bangunan Sitihinggil dan Pagelaran selesai dibangun tahun 1757. Gapura penghubung Dana Pertapa dan Kemagangan selesai tahun 1761 dan 1762. Masjid Agung didirikan tahun 1771. Benteng besar yang mengelilingi kraton selesai tahun 1777. Bangsal Kencana selesai tahun 1792. Demikianlah kraton Yogyakarta berdiri dengan perkembangan yang senantiasa terjadi dari waktu ke waktu. Melihat kemajuan yang sangat pesat akan kraton yang didirikan oleh Sultan Hamengku Buwono I, rasa kekhawatiran pihak Belanda mulai muncul. Sehingga pihak Belanda mengusulkan kepada Sultan agar diijinkan membangun sebuah benteng di dekat kraton. Pembangunan tersebut dengan dalih agar Belanda dapat menjaga keamanan kraton dan sekitarnya. Akan tetapi dibalik dalih tersebut maksud Belanda yang sesungguhnya adalah untuk memudahkan dalam mengontrol segala perkembangan yang terjadi di dalam kraton. Letak benteng yang hanya satu jarak tembak meriam dari kraton dan lokasinya yang menghadap ke jalan utama menuju kraton menjadi indikasi bahwa fungsi benteng dapat dimanfaatkan sebagai benteng stragi, intimidasi, penyerangan dan blokade. Dapat dikatakan bahwa berdirinya benteng tersebut dimaksudkan untuk berjaga-jaga apabila sewaktu-waktu Sultan memalingkan muka memusuhi Belanda. Besarnya kekuatan yang tersembunyi dibalik kontrak politik yang dilahirkan dalam setiap perjanjian dengan pihak Belanda seakan-akan menjadi “kekuatan” yang sulit dilawan oleh setiap pemimpin pribumi pada masa kolonial Belanda. Dalam hal ini termasuk pula Sri Sultan Hamengku Buwono I. Oleh karena itu permohonan ijin Belanda untuk membangun benteng, dikabulkan. Sebelum dibangun benteng pada lokasinya yang sekarang (Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta), pada tahun 1760 atas permintaan Belanda, Sultan HB I telah membangun sebuah benteng yang sangat sederhana berbentuk bujur sangkar. Di keempat sudutnya dibuat tempat penjagaan yang disebut seleka atau bastion. Oleh Sultan keempat sudut tersebut diberi nama Jayawisesa (sudut barat laut), Jayapurusa (sudut timur laut), Jayaprakosaningprang (sudut barat daya) dan Jayaprayitna (sudut tenggara).
Menurut penuturan Nicolas Harting seorang Gubernur dari Direktur Pantai Utara Jawa di Semarang, bahwa benteng tersebut keadaannya masih sangat sederhana. Tembok dari tanah yang diperkuat dengan tiang-tiang penyangga dari kayu pohon kelapa dan aren. Bangunan di dalamnya terdiri atas bambu dan kayu dengan atap ilalang.Dalam perkembangan selanjutnya sewaktu W.H. Ossenberch menggantikan kedudukan Nicolas Hartingh, tahun 1765 mengusulkan kepada Sultan agar benteng diperkuat menjadi bangunan yang lebih permanen agar lebih menjamin kemanan. Usul tersebut dikabulkan, selanjutnya pembangunan benteng dikerjakan dibawah pengawasan seorang Belanda ahli ilmu bangunan yang bernama Ir. Frans Haak. Tahun 1767 pembangunan benteng dimulai. Menurut rencana pembangunan tersebut akan diselesaikan tahun itu juga. Akan tetapi dalam kenyataannya proses pembangunan tersebut berjalan sangat lambat dan baru selesai tahun 1787. Hal ini terjadi karena pada masa tersebut Sultan yang bersedia mengadakan bahan dan tenaga dalam pembangunan benteng, sedang disibukkan dengan pembangunan Kraton Yogyakarta, sehingga bahan dan tenaga yang dijanjikan lebih banyak teralokasi dalam pembangun kraton. Setelah selesai bangunan benteng yang telah disempurnakan tersebut diberi nama Rustenburg yang berarti “Benteng Peristirahatan”.
Pada tahun 1867 di Yogyakarta terjadi gempa bumi yang dahsyat sehingga banyak merobohkan beberapa bangunan besar seperti Gedung Residen (yang dibangun tahun 1824), Tugu Pal Putih, dan Benteng Rustenburg serta bangunan-bangunan yang lain. Bangunan-bangunan tersebut segera dibangun kembali. Benteng Rustenburg segera diadakan pembenahan di beberapa bagian bangunan yang rusak. Setelah selesai bangunan benteng yang semula bernama Rustenburg diganti menjadi Vredeburg yang berarti “Benteng Perdamaian”. Nama ini diambil sebagai manifestasi hubungan antara Kasultanan Yogyakarta dengan pihak Belanda yang tidak saling menyerang waktu itu.
Bentuk benteng tetap seperti awal mula dibangun, yaitu bujur sangkar. Pada keempat sudutnya dibangun ruang penjagaan yang disebut “seleka” atau “bastion”. Pintu gerbang benteng menghadap ke barat dengan dikelilingi oleh parit. Di dalamnya terdapat bangunan-bangunan rumah perwira, asrama prajurit, gudang logistik, gudang mesiu, rumah sakit prajurit dan rumah residen. Di Benteng Vredeburg ditempati sekitar 500 orang prajurit, termasuk petugas medis dan para medis. Disamping itu pada masa pemerintahan Hindia Belanda digunakan sebagai tempat perlindungan para residen yang sedang bertugas di Yogyakarta. Hal itu sangat dimungkinkan karena kantor residen yang berada berseberangan dengan letak Benteng Vredeburg.Sejalan dengan perkembangan politik yang berjadi di Indonesia dari waktu ke waktu, maka terjadi pula perubahan atas status kepemilikan dan fungsi bangunan Benteng Vredeburg. Secara kronologis perkembangan status tanah dan bangunan Benteng Vredeburg sejak awal dibangunnya (1760) sampai dengan runtuhnya kekuasaan Hindia Belanda (1942) adalah sebagai berikut :
'Tahun 1760 – 1765' Pada awal pembangunannya tahun 1760 status tanah merupakan milik kasultanan. Tetapi dalam penggunaannya dihibahkan kepada Belanda (VOC) dibawah pengawasan Nicolaas Harting, Gubernur dari Direktur Pantai Utara Jawa.
'Tahun 1765 – 1788' Secara yuridis formal status tanah tetap milik kasultanan tetapi secara de facto penguasaan benteng dan tanahnya dipegang oleh Belanda. Usul Gubernur W.H. Van Ossenberg (pengganti Nicolaas Hartingh) agar bangunan benteng lebih disempurnakan, dilaksanakan tahun 1767. Periode ini merupakan periode penyempurnaan Benteng yang lebih terarah pada satu bentuk benteng pertahanan.
'Tahun 1788 – 1799' Pada periode ini status tanah benteng secara yuridis formal tetap milik kasultanan, secara de facto dikuasai Belanda. Periode ini merupakan saat digunakannya benteng secara sempurna oleh Belanda (VOC). Bangkrutnya VOC tahun 1799 menyebabkan penguasaan benteng diambil alih oleh Bataafsche Republic (Pemerintah Belanda). Sehingga secara de facto menjadi milik pemerintah kerajaan Belanda.
'Tahun 1799 – 1807' Status tanah benteng secara yuridis formal tetap milik kasultanan, tetapi penggunaan benteng secara de facto menjadi milik Bataafsche Republik (Pemerintah Belanda) di bawah Gubernur Van Den Burg. Benteng tetap difungsikan sebagai markas pertahanan.
'Tahun 1807 – 1811' Pada periode ini benteng diambil alih pengelolaannya oleh Koninklijk Holland. Maka secara yuridis formal status tanah tetap milik kasultanan, tetapi secara de facto menjadi milik Pemerintah Kerajaan Belanda di bawah Gubernur Daendels.
'Tahun 1811 – 1816' Ketika Inggris berkuasa di Indonesia 1811 – 1816, untuk sementara benteng dikuasai Inggris dibawah Gubernur Jenderal Rafles. Namun dalam waktu singkat Belanda dapat mengambil alih. Secara yuridis formal benteng tetap milik kasultanan.
'Tahun 1816 – 1942' Status tanah benteng tetap milik kasultanan, tetapi secara de facto dipegang oleh pemerintah Belanda. Karena kuatnya pengaruh Belanda maka pihak kasultanan tidak dapat berbuat banyak dalam mengatasi masalah penguasaan atas benteng. Sampai akhirnya benteng dikuasai bala Tentara Jepang tahun 1942 setelah Belanda menyerah kepada Jepang dengan ditandai dengan Perjanjian Kalijati bulan Maret 1942 di Jawa Barat.
Museum ini di buka pada hari:
Selasa s/d Minggu: Pukul 08.30-14.00 WIB
Jumat : Pukul 08.00-11.00 WIB
Sabtu-Minggu : Pukul 08.30-12.00 WIB
Label:
museum,
Museum Benteng Vredeburg,
pendidikan,
pengetahuan,
wisata
Museum Wayang Kekayon
Museum Wayang Kekayon adalah museum mengenai wayang yang ada di kota Yogyakarta, tepatnya di Jl. Raya Yogya-Wonosari Km. 7, kurang lebih 1 km dari Ring Road Timur. Museum yang didirikan pada tahun 1990 ini memiliki koleksi berbagai wayang dan topeng serta menampilkan sejarah wayang yang diperkenalkan mulai dari abad ke-6 sampai abad ke-20. Wayang-wayang di dalam museum ini terbuat baik dari kulit, kayu, kain, maupun kertas.
Sama halnya dengan museum Wayang di Jakarta, museum ini mempunyai beberapa jenis wayang, seperti: wayang Purwa, wayang Madya (menceritakan era pasca perang Baratayuda), wayang Thengul, wayang Klithik (mengisahkan Damarwulan dan Minakjinggo), wayang beber, wayang Gedhog (cerita Dewi Candrakirana), wayang Suluh (mengenai sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia), dan lain lain. Berkaitan dengan wayang Purwa, museum ini memiliki beberapa poster yang menggambarkan strategi perang yang dipakai dalam perang Baratayuda antara keluarga Pandawa dan Kurawa, yaitu: strategi Sapit Urang dan strategi Gajah.
Lokasi Museum
Jalan Yogya - Wonosari Km.7 No.277
Telp. (0274) 513218, 379058
Transportasi
Jarak tempuh dari Bandar udara : 6 Km
Jarak tempuh dari Terminal Bus : 5 Km
Jarah tempuh dari Stasiun KA : 10 Km
Koleksi
Koleksi yang ada di Museum Wayang Kekayon berupa : Wayang, Topeng, Busana, dll.
Harga Karcis Masuk
a. Dewasa : Rp. 5.000,-
b. Anak-anak : Rp. 3.000,-
c. Rombongan : Rp. Diskon 10 % diatas 20 orang
Fasilitas
Luas Tanah / Luas Bangunan : 11.000 m2 (1,1 ha) / + 1.000 m2
- Ruang Pameran Tetap
- Ruang Auditorium
- Ruang Laboratorium/Konservasi
- Ruang Penyimpanan Koleksi
- Ruang Bengkel/Preparasi
- Ruang Administrasi
- Kantin/Cafetaria
- Toilet
Label:
museum,
Museum Wayang Kekayon,
pendidikan,
pengetahuan,
wisata
Museum Yogya Kembali
Museum Monumen Yogya Kembali, adalah sebuah museum sejarah perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia yang ada di kota Yogyakarta dan dikelola oleh Departemen Kebudayaan dan Pariwisata. Museum yang berada di bagian utara kota ini banyak dikunjungi oleh para pelajar dalam acara darmawisata.
Rana di pintu masuk museum
Museum Monumen dengan bentuk kerucut ini terdiri dari 3 lantai dan dilengkapi dengan ruang perpustakaan serta ruang serbaguna. Pada rana pintu masuk dituliskan sejumlah 422 nama pahlawan yang gugur di daerah Wehrkreise III (RIS) antara tanggal 19 Desember 1948 sampai dengan 29 Juni 1949. Dalam 4 ruang museum di lantai 1 terdapat benda-benda koleksi: realia, replika, foto, dokumen, heraldika, berbagai jenis senjata, bentuk evokatif dapur umum dalam suasana perang kemerdekaan 1945-1949. Tandu dan dokar (kereta kuda) yang pernah dipergunakan oleh Panglima Besar Jendral Soedirman juga disimpan di sini
1. Taman Dan Sekitarnya
Bila pengunjung masuk Monumen Jogja Kembali melalui Pintu Timur dapat diamati koleksi antara lain :
* § Replika Pesawat Cureng , Pesawat ini sumbangan dari KSAU Marsekal Madya Rilo Pambudi, tanggal 29 juni 1994.
* § Meriam PSU - S60 kaliber 57 mm dan Meriam PSU Bofors L - 60 kaliber 40 mm. Meriam ini sumbangan dari Kasad, diambil dari Gudbalkir, Guspusgat dan optic Sidoarjo, Jawa Timur tanggal 28 April 1996.
* § Replika Pesawat Guntai. Pesawat ini sumbangan dari KSAU Marsekal pertama Sutria Tubagus pada tanggal 29 juli 1996.
* § Meriam PSU - S60 kal. 57 mm dan PSU Bofors L-60 kal. 40 mm.
* § Logo/lambang.
* § Daftar nama - nama Pahlawan.
2. Koleksi Hall Lantai Satu
Lantai pertama terdiri dari :
2. ?
* Ruang Pengelola atau Ruang Bagian Umum
* Ruang Perpustakaan
* Ruang Serbaguna
* Ruang Bagian Operasional
* Ruang Souvenir
Hall lantai 1 ini dipamerkan koleksi antara lain :
* § Patung Dada Panglima Besar Jenderal Sudirman dan Letnan Jenderal Oerip Soemoharjo.
* § Panil foto pelaksanaan Pembangunan Monumen Jogja Kembali.
* § Patung foto Imam Bonjol ( 1722 - 1864 ).
* § Meriam Jugo M - 48.
* § Dokar Tentara Pelajar.
* § Patung Nyi Ageng Serang.
* § Meriam PSU akan Bofors.
* § Patung Teungku Umar ( 1854 - 1899 ).
* § Patung Tjut Nya dien ( 1850 - 1908 ).
* § Meriam PSU Ourlikon Kal. 20 mm.
* § Meriam Jugo M-48 kal. 76 mm.
* § Panil Dinding foto kegiatan Tentara Pelajar.
* § Dinding Ruang Serbaguna.
3. Koleksi Museum
Ruang museum yang merupakan ruang pamer tetap dengan tema ” Seputar Pelaksanaan Serangan Umum 1 Maret 1949 “.
* § Evokatif Dapur Umum
* § Evokatif Palang Merah Indonesia
* § Peta Timbul Route Konsolidasi Kompenggunan WK III
* § Peta Timbul Pembagian Wilayah Wehrkreis III
* § Alat Cetak Proef
* § Unit Caraka
* § Seperangkat Meja Kursi Tamu
* § Peta Timbul Serangan Umum 1 Maret 1949
* § Potret Diri Para Kompenggunan Sub Wehrkreis III
* § Seperangkat Meja Kursi
* § Vitrin Sudut
* § Dinding Ruang Museum Sebelah Utara
* § Meja Kerja Sri Sultan Hamengkubuwono IX
* § Meja Kerja Sri Paduka Paku Alam VIII
* § Bagan Susunan Pemerintahan
Ruang museum yang merupakan ruang pamer tetap dengan tema ” Yogya Sebagai Ibukota Negara republik Indonesia “.
* § Patung Dada Ir. Soekarno
* § Patung Dada drs. Moh. Hatta
* § Teks Proklamasi
* § Foto Dokumen kegiatan Presiden dan Wakil Presiden di Yogyakarta
* § Tempat Tidur Presiden Soekarno
* § Foto Dokumen kegiatan Presiden Bersama keluarga dan Wakil Presiden di Yogyakarta
* § Patung Dada Ki Hadjar Diwantara
* § Patung Dada Kyai Haji Mas Mansyur
* § Peta Timbul Wilayah RIS
* § Meja dan Kursi Tamu Wakil Presiden Moh. Hatta
* § Potret Diri Tokoh Pimpinan Republik Indonesia
* § Kursi Kerja Komite Nasional Indonesia daerah
* § Foto Dokumen Kegiatan KNID dan KNIP
4. Koleksi Relief Dan Diorama
Koleksi Relief :
* § Relief 01, Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia, 17 Agustus 1945 di Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta
* § Relief 02, Gema Proklamasi Kemerdekaan Indonesia di Yogyakarta 05 September 1945
* § Relief 03, Petrempuran Kota Baru, 07 Oktober 1945 di Butai Kotabaru Yogyakarta
* § Relief 04, Kongres Pemuda di Balai Mataram Yogyakarta, 10 November 1945
* § Relief 05, Pemilihan Panglima Besar TKR di Yogyakarta, 12 November 1945
* § Relief 06, Serangan Udara Sekutu di Kota Yogyakarta, 27 November 1945
* § Relief 07, Yogyakarta Menjadi Ibukota Republik Indonesia, 04 Januari 1946
* § Relief 08, berdirinya Balai Perguruan Tinggi Gajah Mada di Yogyakarta, 03 maret 1946
* § Relief 09, Pengawalan dan Pengangkutan Tawanan Jepang di Yogyakarta, 28 April 1946
* § Relief 10, Peringatan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia Yang Pertama di Yogyakarta, 17 Agustus 1946
* § Relief 11, Hari Ulang Tahun Pertama Angkatan Perang REpublik Indonesia di Yogyakarta, 05 Oktober 1946
* § Relief 12, Peringatan 6 Bulan Berdirinya Militer Akademi di Yogyakarta, 06 Oktober 1946
* § Relief 13, Perjanjian Linggar Jati, 15 November 1947
* § Relief 14, Pelantikan Pucuk Pimpinan TNI, 28 juni 1947
* § Relief 15, Persiapan Serangan Balas Angkatan Udara Republic Indonesia, 29 Juli 1947
* § Relief 16, Kapal Selam yang Petama di Indonesia, Juli 1947
* § Relief 17, Notulen Kaliurang, 13 Januari 1948
* § Relief 18, Penpenggunatanganan Perjanjian Renvile, 17 Januari 1948
* § Relief 19, Pasukan Hijrah Tiba di Yogyakarta, Februari 1948
* § Relief 20, Bantuan Obat-obatan dari Mesir, 05 Maret 1948
* § Relief 21, Pemberantasan Buta Huruf di Yogyakarta, April 1948
* § Relief 22, Penumpasan Pemberontakan PKI Madiun, Tanggal 18 s/d 30 September 1948
* § Relief 23, Panglima Besar Jendral Soederman Menyusun Surat Perintah Kilat, 19 Desember 1948
* § Relief 24, Perlawana TNI dan Polisi Negara di Desa Janti, Yogyakarta, 19 Desember 1948
* § Relief 25, Serangan Balas Terhadap Kedudukan Tentara Belpengguna di Kota Yogyakarta, 29 Desember 1948
* § Relief 26, Markas Besar Komando Jawa di Desa Boro, Kabupaten Kulon Progo, Januari 1949
* § Relief 27, penghancuran Jembatan kalipentung, Februari 1949
* § Relief 28,29,30,31, Serangan Umum 01 Maret 1949 di Yogyakarta
* § Relief 32, Jendral mayor Meiyer Mengancam Sri Sultan Hamengkubuwono IX, 03 Maret 1949
* § Relief 33, Penghadangan Konvoi Tentara Belpengguna di Desa serut, Prambanan, 15 Maret 1949
* § Relief 34, Penarikan Mundur Tentara Belpengguna dari Kota Yogyakata, 29 Juni 1949
* § Relief 35,36, TNI, Polisi, Gerilyawan Masuk Kota Yogyakarta, 29 Juni 1949
* § Relief 37, Pimpinan Negara Kembali ke Ibu Kota Yogyakarta, 06 Juli 1949.
* § Relief 38, Panglima Besar Soederman tiba di Yogyakarta, 10 Juli 1949
* § Relief 39, Konferensi Inter Indonesia di Yogyakarta, 19 Juli 1949
* § Relief 40, Presiden Soekarno Kembali ke Jakarta, 28 Desember 1949.
Koleksi Diorama :
* § Diorama 1, Penyerbuan Rakyat Belpengguna Terhadap Lapangan Terbang Maguwo, 19 Desember 1948
* § Diorama 2, Panglima Besar Soederman Melapor Kepada Presiden RI untuk Memimpin Perang Gerilya, 19 Desember 1948
* § Diorama 3, Presiden dan Wakil Presiden dan Para Pimpinan lainnya Diasingkan ke Sumatera, 22 Desember 1948
* § Diorama 4, Perlawanan Rakyat bersama Tentara Nasional Indonesia Terhadap Belpengguna, 23 Desember 1948
* § Diorama 5, Konsolidasi dan Pembentukan sector Pertahanan di Ngoto, 23 dan 26 Desember 1948
* § Diorama 6, Serangan Umum 1 Maret 1949
* § Diorama 7, Penpenggunatanganan Roem-Roijen Statement, 29 Juni 1949
* § Diorama 8, Penarikan Tentara Belpengguna dari Yogyakarta, 17 Agustus 1949.
5. Garbha Graha
* § Unit Bendera Pusaka
* § Unit Relief Simbolik
* § Unit Kata Mutiara ( Pesan Pelaku Pejuang )
Label:
museum,
Museum Yogya Kembali,
pendidikan,
pengetahuan,
wisata
Museum Batik Jogja
Museum didirikan pada tanggal 12 Mei 1977. Bangunan museum Batik menempati areal seluas 400 m2, Luas Tanah seluruhnya 600 m2, merupakan tempat tinggal keluarga Bp. Kepala Museum Hadi Nugroho.
Lokasi Museum
Jalan Dr. Sutomo No. 13 A, Yogyakarta
Telp. (0274) 562338
Transportasi
Jarak tempuh dari Bandar udara : 10 Km
Jarak tempuh dari Pelabuhan Laut : 127 Km
Jarak tempuh dari Terminal Bus : 8 Km
Jarak tempuh dari Stasiun KA : 1 Km
Koleksi
Koleksi yang ada di Museum Batik berupa Koleksi Etnografi yang terdiri dari : Kain batik, Cap batik, Canthing, lain-lain.
Jadwal Kunjung
Senin s/d Sabtu : Pk. 09.00 - 15.00 Wib
Harga Karcis Masuk
a. Dewasa : Rp 15.000,-
b. SLTA : Rp 10.000,-
c. SLTP : Rp 7.500,-
d. SD : Rp 5.000,-
c. Rombongan : Discount
Fasilitas
Luas Tanah / Luas Bangunan : 600 m2 / 400 m2
- Ruang Pameran Tetap
- Ruang Perpustakaan
- Ruang Laboratorium
- Ruang Penyimpanan Koleksi
- Ruang Bengkel/Preparasi
- Ruang Administrasi
- Audio Visual
- Give Shop
- Ruang proses membatik
- Toilet
Label:
museum,
Museum Batik Jogja,
pendidikan,
pengetahuan,
wisata
Museum Diponogoro
Museum yang mempunyai nama lengkap Museum Monumen Pangeran Diponegoro Sasana Wiratama ini terletak di Jl. HOS Cokroaminoto TR. III/430 Tegalrejo. Sebagian besar koleksi yang ada di museum ini berupa peralatan perang di masa pra kemerdekaan, seperti : keris, tombak, pedang, cincin, subang, timah, bedhil, tameng, bandhil, perlengkapan kuda, dan panah. Koleksi unggulan dari museum ini adalah tembok jebol yang diyakini sebagai jalan meloloskan diri Pangeran Diponegoro dari kepungan Belanda.
Museum Sasana Wiratama / Monumen Diponegoro
Jl. HOS Cokroaminoto TR.III/430 Tegalrejo, Yogyakarta
Phone: +62 274 622668.
Jadwal Kunjungan:
Hari Senin s/d Sabtu: Pukul 08.00 s/d 13.00
Hari Minggu: Tutup
Biaya Masuk: Sukarela
Label:
museum,
Museum Diponogoro,
pendidikan,
pengetahuan,
wisata
Museum SasmitaLoka
Latar Belakang dan Sejarah
Gedung ini dari tanggal 16 Juni 1968 s.d. 30 Agustus 1982 dipergunakan sebagai Museum Angkatan Darat, kemudian dari tanggal 31 Agustus 1982 sampai sekarang sebagai Sasmitaloka Panglima Besar Jenderal Sudirman.
Lokasi Museum
Jl. Bintaran Wetan No.3, Yogyakarta.
Telp. (0274) 376663
Transportasi
Jarak tempuh dari Bandar udara : 5 Km
Jarak tempuh dari Terminal Bus : 5 Km
Jarak tempuh dari Stasiun KA : 3 Km
Koleksi
Koleksi Museum Sasmitaloka Pangsar Sudirman berupa Logam, Kayu, Kulit, Kain, Kertas, Keramik, Kaca, Lilin, Fiber.
Jadwal Kunjung
Buka : Seni - Jum'at Pkl. 08.00 - 14.30 Wib
Tutup : Sabtu, Minggu dan hari libur
Fasilitas
Luas Tanah / Luas Bangunan : 3.410 m2 / 1.188 m2
- Ruang Pameran Tetap
- Ruang Auditorium
- Ruang Administrasi
- Toilet
Label:
museum,
Museum Sasmitaloka,
pendidikan,
pengetahuan,
wisata
Museum Perjuangan Jogja
Museum yang terletak di Jalan Kol. Sugiyono 24 Yogyakarta ini diresmikan pada tahun 1961 oleh Sri Paku Alam VIII untuk mengenang sejarah perjuangan bangsa Indonesia dan mengenang setengah abad masa Kebangkitan Nasional. Museum ini bermaterikan benda-benda sejarah perjuangan, seperti : relief, patung, foto, dan benda-benda saksi sejarah lainnya seperti meja kursi, peralatan radio PC playen Gunungkidul dll. Jumlah koleksi sekitar 200 buah berisikan tentang sejarah perjuangan bangsa Indonesia dari tahun 1908 - 1949.
Museum yang terletak di daerah Brontokusuman ini mempunyai fasilitas pendukung bagi pengunjung museum antara lain :
perpustakaan,
auditorium,
tempat parkir,
toilet.
Telepon yang bisa diakses adalah (0274) 387576
Jam buka museum Selasa s.d Kamis 08.30-14.00
Jum'at 08.30-11.30
Sabtu dan Minggu 08.30-13.00 WIB.
Label:
museum,
Museum Perjuangan Jogja,
pendidikan,
pengetahuan,
wisata
Museum Dirgantara Mandala
Museum ini terletak di ujung utara Kabupaten Bantul perbatasan dengan Kabupaten Sleman tepatnya di komplek Pangkalan Udara TNI-AU Adisucipto Yogyakarta. Museum ini banyak menampilkan sejarah kedirgantaraan bangsa Indonesia serta sejarah perkembangan angkatan udara RI pada khususnya. Selain terdapat diorama
juga terdapat bermacam-macam jenis pesawat yang dipergunakan pada masa perjuangan. Beberapa model dari pesawat tersebut adalah milik tentara jepang yang digunakan oleh angkatan udara Indonesia
Keberadaan Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala berdasarkan atas gagasan dari Pimpinan TNI AU untuk mengabadikan dan mendokumentasikan segala kegiatan dan peristiwa bersejarah di lingkungan TNI AU. Hal tersebut telah lama dituangkan dalam Keputusan Menteri/ Panglima Angkatan Udara No. 491, tanggal 6 Agustus 1960 tentang Dokumen dan Museum Angkatan Udara. Setelah mengalami proses yang lama, pada tanggal 21 April 1967, gagasan itu dapat diwujudkan dan organisasinya berada di bawah Pembinaan Asisten Direktorat Budaya dan Sejarah Menteri Panglima Angkatan Udara di Jakarta. Berdasarkan Instruksi Menteri/ Panglima Angkatan Udara Nomor 2 tahun 1967, tanggal 30 Juli 1967 tentang peningkatan kegiatan bidang sejarah, budaya, dan museum, maka Museum Angkatan Udara mulai berkembang dengan pesat. Berkat perhatian yang besar, baik dari Panglima Angkatan Udara maupun Panglima Komando Wilayah Udara V (Pang Kowilu V), pada tanggal 4 April 1969 Museum Pusat TNI AU yang berlokasi di Markas Komando Udara V, di Jalan Tanah Abang Bukit Jakarta, diresmikan oleh Panglima Angkatan Udara Laksamana Roesmin Noerjadin.
Berdasarkan berbagai pertimbangan bahwa kota Yogyakarta pada periode 1945-1949 mempunyai peranan penting dalam sejarah, yaitu tempat lahirnya TNI AU dan pusat kegiatan TNI AU, serta merupakan kawah Candradimuka bagi Kadet Penerbang/ Taruna Akademi Angkatan Udara. Berdasarkan Keputusan Kepala Staf TNI AU Nomor Kep/11/IV/1978, museum yang semula berkedudukan di Jakarta, kemudian dipindahkan ke Yogyakarta. Selanjutnya, berdasarkan Surat Keputusan Kepala Staf TNI AU Nomor Skep/04/IV/1978 tanggal 17 April 1978, museum yang berlokasi di Kampus Akabri Bagian Udara itu ditetapkan oleh Marsekal TNI Ashadi Tjahyadi menjadi Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala, pada tanggal 29 Juli 1978 yang bertepatan dengan peringatan Hari Bhakti TNI AU. Perkembangan selanjutnya, museum itu tidak dapat menampung lagi koleksi alutsista yang ada karena lokasinya yang sukar dijangkau oleh umum dan kendaraan. Oleh karena itu, Pimpinan TNI AU memutuskan untuk memindahkannya ke gedung bekas pabrik gula di Wonocatur Lanud Adisucipto. Sebelum pemindahan dilakukan gedung itu direhabilitasi untuk dijadikan Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala. Pada tanggal 17 Desember 1982, Kepala Staf TNI AU Marsekal TNI Ashadi Tjahjadi menandatangani prasasti sebagai bukti dimulainya rehabilitasi gedung itu.
Penggunaan dan pembangunan kembali gedung bekas pabrik gula itu diperkuat dengan Surat Perintah Kepala Staf TNI AU Nomor Sprin/05/IV/1984, tanggal 11 April 1984. Dalam rangka memperingati Hari Bhakti TNI AU, tanggal 29 Juli 1984, Kepala Staf TNI AU Marsekal TNI Sukardi meresmikan gedung yang sudah direhabilitasi itu sebagai gedung Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala. Lokasi Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala itu berada di Pangkalan Udara Adisucipto, di bawah Sub Dinas Sejarah, Dinas Perawatan Personel TNI AU, Jakarta.
Bangunan, Gedung Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala yang ditempati sekarang adalah bekas pabrik gula Wonocatur pada zaman Belanda, sedangkan pada zaman Jepang digunakan untuk gudang senjata dan hanggar pesawat terbang.
Koleksi, Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala memamerkan benda-benda koleksi sejarah, antara lain : koleksi peninggalan para pahlawan udara, diorama, pesawat miniatur, pesawat terbang dari negara-negara Blok Barat dan Timur, senjata api, senjata tajam, mesin pesawat, radar, bom atau roket, parasut dan patung-patung tokoh TNI Angkatan Udara.
Para pengunjung bisa langsung ke tempat ini, dengan melaporkan kedatangannya kepada para petugas di tempat jaga. Waktu untuk berkunjung ke museum ini,
hari Minggu s/d Kamis antara pukul 08.00-12.00
Hari Besar dan Senin tutup
Label:
museum,
Museum Dirgantara Mandala,
pendidikan,
pengetahuan,
wisata
Museum Biologi UGM
Museum Biologi Universitas Gadjah Mada terletak di Jalan Sultan Agung No. 22 Yogyakarta. Museum Biologi diresmikan pada tanggal 20 September 1968 oleh Rektor Universitas Gadjah Mada Prof. Drg. R.G. Indrayana, dan Drs. Anthon Sukahar selaku ketua team pelaksana dan mulai dibuka untuk umum sejak tanggal 1 Januari 1970. Koleksi museum sebanyak ± 3.752 buah dalam bentuk awetan kering, awetan basah, kerangka dan fosil. Jenis koleksinya berupa koleksi binatang dan koleksi tumbuhan. Koleksi-koleksi ini berasal dari dalam negeri maupun luar negeri dan merupakan sumbangan dari berbagai pihak. Telepon yang dapat diakses adalah : (0274) 384113 jam buka museum : hari Senin s.d Minggu 07.30-14.00 WIB
Lokasi Museum
Jl. Sultan Agung No.22, Yogyakarta
Transportasi
Jarak tempuh dari Bandar udara : 6 Km
Jarak tempuh dari Terminal Bus : 5,5 Km
Jarak tempuh dari Stasiun KA : 3 Km
Koleksi
Koleksi Museum Biologi berupa Tumbuha/Herbarium, Hewan, Avertebrata, Pisces/ikan, Amphibia, Reftil, Mamalia.
Jadwal Kunjung
Senis - Kamis : pukul 07.30 - 14.00
Jum'at : pukul 07.30 - 11.00
Sabtu : pukul 07.00 - 12.30
Minggu : pukul 07.30 - 12.00
Harga Karcis Masuk
a. Dewasa : Rp 2.000,-
b. Anak-anak : Rp -
c. Rombongan : Rp 1.500,-
d. Umum : Rp 2.000,-
e. Pelajar : Rp 1.500,-
Fasilitas
- Ruang Pameran Tetap
- Ruang Perpustakaan
- Ruang Administrasi
- Toilet
Label:
museum,
Museum biologi ugm,
pendidikan,
pengetahuan,
wisata
Museum Keraton Yogyakarta
Keraton Yogyakarta yang terletak di tengah kota Yogyakarta ini memiliki beberapa museum, yaitu Museum Lukisan, Museum Sri Sultan Hamengkubuwono IX, Museum Kereta, dan Museum Batik. Di samping itu, hampir seluruh bagian kraton digunakan sebagai tempat penyimpanan benda-benda budaya bernilai, termasuk replikanya. Di kompleks Pagelaran, misalnya, diperagakan berbagai pakaian prajurit dan pakaian adat keluarga keraton. Museum ini dibuka untuk umum setiap hari kecuali pada saat terdapat upacara. Museum buka mulai jam 08.30 hingga 14.00 wib, kecuali hari Jumat yang buka hingga pukul 13.00 wib. Selain benda-benda budaya dan arsitektur, pengunjung juga dapat melihat pertunjukan seperti macapat, kerawitan, wayang kulit, serta wayang orang, yang dipentaskan di bangsal Sri Manganti, sekitar pukul 10.00-12.00.
Lokasi Museum
Dalam Keraton Yogyakarta
Telp. (0274) 373721
Transportasi
Jarak tempuh dari Bandar udara : 1 Km
Jarak tempuh dari Terminal Bus : 5 Km
Jarak tempuh dari Stasiun KA : 1 Km
Koleksi
Koleksi Museum Keraton Yogyakarta terdiri dari : Barang-barang khusus milik HB IX, Batik, Cangkir, Gambar.
Harga Karcis Masuk
a. Dewasa/Domestik : Rp 5.000,-
b. Anak-anak/SD : Rp 2.500,-
c. Rombongan : Rp 5.000,- (50 orang Discount 10 %)
d. Asing : Rp 12.000,-
Fasilitas
- Ruang Pameran Tetap
- Ruang Perpustakaan
- Kantin/Cafetaria
- Toilet
Museum Sonobudoyo
Museum Sonobudoyo adalah museum sejarah dan kebudayaan Jawa termasuk bangunan arsitektur klasik Jawa. Museum ini menyimpan koleksi mengenai budaya dan sejarah Jawa yang dianggap paling lengkap setelah Museum Nasional Republik Indonesia di Jakarta. Selain keramik pada zaman Neolitik dan patung perunggu dari abad ke-8, museum ini juga menyimpan beberapa macam bentuk wayang kulit, berbagai senjata kuno (termasuk keris), dan topeng Jawa.
Museum yang terletak di bagian utara Alun-alon Lor dari kraton Yogyakarta itu pada malam hari juga menampilkan pertunjukkan wayang kulit dalam bentuk penampilan aslinya (dengan menggunakan bahasa Jawa diiringi dengan musik gamelan Jawa). Pertunjukan wayang kulit ini disajikan secara ringkas dari jam 8:00-10:00 malam pada hari kerja untuk para turis asing maupun turis domestik.
Dewasa Perorangan Rp. 3.000,-
Dewasa Rombongan Rp. 2.500,-
Anak–anak Perorangan Rp. 2.500,-
Anak–anak Rombongan Rp. 2.000,
Wisatawan Asing Rp. 5.000,-
Pergelaran Wayang Durasi Singkat
Rp. 20.000,- / 0rang
Selasa-Kamis 08.00 –14.00 WIB
Jumat 08.00 – 11.00 WIB
Sabtu & Minggu 08.00 –13.00 WIB
Senin dan hari besar atau libur nasional tutup
Museum Sonobudoyo Yogyakarta
Unit 1
Jl. Trikora No. 6 Yogyakarta 55122
Telp./Fax : (0274) 385664
Unit 2
Ndalem Condrokiranan, Wijilan
e-Mail : info@sonobudoyo.jogjaprov.go.id
Label:
museum,
Museum sonobudoyo,
pengetahuan,
wisata
Museum Affandi
Museum Affandi yang terletak di pinggir sungai Gajah Wong, atau di Jalan Solo 167, Yogyakarta adalah museum yang menyimpan hasil karya pelukis legendaris Affandi. Lebih dari 300 buah lukisannya disimpan di dalam museum ini yang terdiri dari 3 galeri dan sebuah rumah yang dahulu dipakai sebagai tempat tinggal pelukis ini. Rumah ini mempunyai atap berbentuk daun pisang, dan terdiri dari dua lantai dengan lantai atas sebagai kamar pribadi Affandi yang bernuansa artistik.
Selain 300 karya lukisan Affandi sendiri, dalam museum ini juga tersimpam lebih dari 700 lukisan dari para pelukis Indonesia terkenal lainnya, seperti: Basuki Abdullah, Popo Iskandar, Hendra, Rusli, Fajar Sidik, dan lain-lain.
Alamat Lengkap
MUSEUM AFFANDI
Jl. Laksda Adi Sucipto 167
Yogyakarta 55281
INDONESIA
Kontak
Telepon/Faks. : +62 274 562593
E-mail : affandimuseum@yahoo.com
Jam Kerja
Senin - Sabtu : 09.00 (pagi) - 16.00 (sore)
Museum Affandi tutup pada hari libur nasional, kecuali ada perjanjian sebelumnya.
Biaya Masuk
Biaya masuk yang berlaku
* Rp. 20.000,- (domestik)
* Rp. 20.000,- (mancanegara)
Izin Fotografi Rp. 10.000,-
Izin Video Shooting Rp. 20.000,-
Perhatian
* Dimohon untuk tidak mengambil gambar/foto (close-up per lukisan) selama berada di dalam museum
* Dimohon untuk tidak menyentuh atau memegang lukisan
* Dimohon untuk tidak makan dan minum selama di museum kecuali di tempat terbuka
* Dimohon untuk menitipkan barang-barang Anda di meja informasi
Label:
museum,
Museum Affandi,
pengetahuan,
wisata
Daftar museum di Indonesia
DJOGJAKARTA:
01. Museum Affandi, Jl. Laksda Adi Sutjipto
02. Museum Sono Budoyo, Jl. Trikora No. 6
03. Museum Kraton Jogjakarta, Komp. Kraton Yogyakarta
04. Museum Dewantara Kirti Griya, Jl. Tamansiswa
05. Museum Pendidikan Islam
06. Museum Biologi UGM, Jl. Sultan Agung
07. Museum Dirgantara Mandala, Komp. Angkatan Udara (AU) Yogya
08. Museum Perjuangan Jogja
09. Museum Sasmita Loka
10. Museum Pangeran Diponegoro, Jl. Wiratama
11. Museum Batik, Jl. Dr. Soetomo No. 35
12. Museum Yogya Kembali, Jl. Monjali
13. Museum Seni Jogja
14. Museum Wayang Kekayon, Jl. Raya Yogya – Wonosari Km. 7 No. 277
15. Museum Benteng Vredeburg, Jl. Jend. A. Yani No. 6
16. Museum Geoteknologi Mineral, Jl. Babarsari
JAWA TENGAH
01. Museum Ronggowarsito, Jl. Abdulrahman Saleh Semarang
02. Museum Jamu Nyonya Meneer, Jl. Raya Kaligawe Km. 4 Semarang
03. Museum Mandala Bhakti, Jl. Cokroaminoto 2 Semarang
04. Museum Rekor Indonesia (MURI), Jl. Setiabudi Srondol Semarang
05. Museum AKPOL, Komp. AKPOL Candi Baru Semarang
06. Museum Isdiman/Palagan, Jl. Mgr. Sugiyopranoto Ambarawa
07. Museum Kereta Api, Jl. Stasiun Kereta Api Ambarawa
08. Museum PKK, Ungaran
09. Museum Radyapustaka, Jl. Slamet Riyadi No. 235 Surakarta
10. Museum Pura Mangkunegara, Komp. Istana Mangkunegara Surakarta
11. Museum Suaka Budaya Kasunanan, Komp. Istana Kasunanan Surakarta
12. Museum Monumen Pers Nasional, Jl. Gajah Mada No. 29 Surakarta
13. Museum Batik Danar Hadi, Jl. Slamet Riyadi No. 261 Surakarta
14. Museum Prasejarah Sangiran, Ds. Krikilan Kalijambe Sragen
15. Museum Gula, Jl. Jogja – Solo Km. 25 Klaten
16. Museum Wayang, Wonogiri
17. Museum Tosan Aji Jawa Tengah, Jl. Mayjend. Sutoyo No. 10 Purworejo
18. Museum KP Diponegoro, Jl. P. Diponegoro No. 1 Magelang
19. Museum BPK RI, Jl. P. Diponegoro No. 1 Magelang
20. Museum Sudirman, Jl. Ade Irma Suryani C.7 Magelang
21. Museum AJB Bumi Putera 1912, Jl. A. Yani No. 21 Magelang
22. Museum Taruna ‘Abdul Djalil’, Jl. Gatot Subroto Magelang
23. Museum Seni Rupa H. Widayat, Jl. Letnan Tukiyat No. 32 Mungkid Magelang
24. Museum Misi Muntilan, Jl. Kartini Muntilan
25. Museum Wayang, Pondoktingal Mungkid Magelang
26. Museum Karmawibangga, Komp. Candi Borobudur
27. Museum Kapal Samodraraksa, Komp. Candi Borobudur
28. Museum Wayang, Jl. Gatot Subroto No. 1 Banyumas
29. Museum BRI, Jl. Jend. Sudirman No. 55 Banyumas
30. Museum Prof. Dr. R. Soegarda Poerbakawatja, Jl. Alun-alun Utara No.1 Purbalingga
31. Museum Kretek, Ds. Getas Pejaten Kudus
32. Museum Patiayam, Ds. Patiayam Kudus
33. Museum R.A. Kartini, Jl. Alun-alun No. 1 Jepara
34. Museum KP Kartini, Jl. Gatot Subroto No. 8 Rembang
35. Museum Grobogan, Jl. Pemuda No. 35 Purwodadi
36. Museum Masjid Agung Demak, Jl. Sultan Patah No. 57 Demak
37. Museum Batik, Jl. Jetayu No. 3 Pekalongan
38. Museum Sekolah, Jl. A. Yani Slawi
39. Museum Soesilo Soedarman, Ds. Gentasari Kec. Kroya Cilacap
40. Museum Purbakala, Komp. Percandian Dieng
41. Museum Mahameru, Jl. R.A. Kartini No. 42 Blora
DKI. JAKARTA:
01. MUSEUM PERS ANTARA, Jl. Antara Pasar Baru, Jakarta Pusat. Telp: (021) 3458771
02. MUSEUM NASIONAL, Jl. Medan Merdeka Barat No.12, Jakarta Pusat. Phone: 360976, 360551
03. MUSEUM FATAHILLAH, Jl. Taman Fatahillah, Jakarta Kota. Phone: 679101
04. MUSEUM KEBANGKITAN NASIONAL, Jl. Abdurrachman Saleh No.26, Jakarta Pusat. Phone: 336143
05. MUSEUM SATRIA MANDALA, Jl. Jend. Gatot Subroto No.26, Jakarta Pusat. Phone: 582759
06. MUSEUM SASMITA LOKA A. YANI, Jl. Lembang, Jakarta Pusat. Phone: 547431
07. MUSEUM TUGU NASIONAL, Jl. Medan Utara, Jakarta Pusat. Phone: 340541
08. MUSEUM WAYANG, Jl. Pintu Besar Utara No. 27, Jakarta Kota. Phone: 679560
09. MUSEUM SUMPAH PEMUDA, Jl. Kramat Raya No. 106, Jakarta Pusat. Phone: 3103317
10. MUSEUM KRIMINAL ( MABAK ), Jl. Trunojoyo No. 3, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Phone: 70112652
11. MUSEUM GEDUNG JUANG 45, Jl. Menteng Raya No. 31, Jakarta Pusat. Phone: 356141
12. MUSEUM ANATOMY FK.UI, Jl. Salemba No.6, Jakarta Pusat. Phone: 330363
13. MUSEUM SENI, Jl. Fatahillah No.6, Jakarta Kota. Phone : 271062, 671062
14. MUSEUM LAUT ANCOL, Jl. Lodan Timur Ancol, Jakarta Utara. Phone: 680519, 68105
15. MUSEUM KOMODO, Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta Timur. Phone: 8400525
16. MUSEUM ARTHA SUAKA, Jl. Kebon Sirih 82, Jakarta Pusat. Phone: 374108
17. MUSEUM ADAM MALIK, Jl. Diponegoro No.29, Jakarta Pusat. Phone: 337408
18. MUSEUM MANGGALA WANABHAKTI, Jl. Jend. Gatot Subroto, Jakarta Pusat. Phone: 5703246
19. MUSEUM TAMAN PRASASTI, Jl. Tanah Abang I Jakarta Pusat. Phone: 377907
20. MUSEUM ASMAT, Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta Timur.
21. MUSEUM SCIENCE & TECHNOLOGY, Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta Timur.
22. MUSEUM REKSA ARTHA, Jl. Lebak Bulus I, Cilandak, Jakarta Selatan. Phon: 7395000
23. MUSEUM INDONESIA, Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta Timur.
24. MUSEUM MILITER, Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta Timur.
25. MUSEUM MOBIL, Sirkuit Sentul, Jawa Barat
26. PLANETARIUM, Jl. Cikini Raya No.71, Jakarta Pusat. Phone: 346610, 337530
ACEH:
01. Museum Negeri of Aceh, Jl. Sultan Alaiddin Machmudsah 12, Banda Aceh. Phone: 23241
02. Museum Malikusaleh, Jl. Mayjend. T. Hamsyah,Bendahara Lhokseumawe Aceh Utara
03. Museum Sepakat Segenap, Jl. Raya Babussalam, Kutacane Aceh Tenggara
04. MUSEUM Gayo, Jl. Buntul-buntul, Takengon, Aceh Tengah
Sumatra Utara:
01. Museum Negr Sumatra Utara, Jl. M.H. Yoni No.51, Medan. Phone: 25799
02. Museum Bukit Barisan, Jl. Zaenal Arifin No.8 Medan. Phone: 21954
03. Museum Simalungun, Jl. Jend . Sudirman No. 8 Pematang Siantar
04. Museum Huta Bolon Simanindo, Jl. Kecamatan Simanindo Pematang Siantar
05. Museum Rumah Bolon Pematang Purba, Jl. Kampung Pematang Purba
06. Museum Seni, Jl. Jati, Medan.
07. Museum Zoological, Jl. Kapten MH. Situros, Pematang Siantar. Phone: 21611
08. Museum Joang 45, Jl. Pemuda No.17, Medan. Phone: 324110
09. Museum Balige, Jl. Sanggrahan No.1, Balige.
Sumara Barat
01. Museum Negero Sumatra Barat, Jl. Diponegoro ( Lapangan Tugu), Padang. Phone: 22316
02. Museum Tridaya Eka Dharma, Jl. Panorama No.22 Bukit Tinggi.
03. Museum Seni, Jl. Diponegoro, Padang. Phone: 22752
04. Museum Bundo Kandung, Jl. Cindur Mato. Bukit Tinggi Phone: 21029
05. Museum Zoological, Jl. Cindur Mato, Bukit Tinggi.
Riau
01. Museum Assejarah el Hasyimiah Palace, Jl. Sukaramai Siak Indrapura, Bengkalis.
02. Museum Kendil Riau, Jl. Kijangh Batu II/76 Tanjung Pinang
SUMATRA SELATAN
01. Museum Negeri Sumatra Selatan, Jl. Sriwijaya No. 1 Km 5,5 Palembang. Phone : 411382
02. Museum Sultan Badarrudin, Jl. Pasar Hilir No.3 Palembang
03. Museum U.P.T Balitung, Jl. Melati, Tanjung Pandan, Belitung
JAMBI
01. Museum Negri Jambi, Jl. Urip Sumoharjo No. 1,Telanai Pura. Phone : 268415
BENGKULU
01. Museum Negri Bengkulu, EGERI BENGKULU, Jl. Pembangunan Padang Harapan, Bengkulu. Phone : 32099
LAMPUNG
01. Museum Negri Lampung, Jl. Teuku Umar, Meneng Building, Lampung. Phone : 55164
Daftar Museum yang ada Di Propinsi JAWA BARAT:
01. MUSEUM NEGERI JAWA BARAT, Jl. Otto Iskandar Dinata No. 638, Bandung, Phone: (022) 50976
02. MUSEUM GEOLIGI, Jl. Diponegoro No. 57, Bandung. Phone:(022) 73205-08
03. MUSEUM MANDALA WANGSIT SILIWANGI, Jl. Mayor Lembong No. 38. Bandung
04. MUSEUM ASIA AFRIKA, Jl. Asia Afrika N0. 65, Bandung. Phone: (022) 59505
05. MUSEUM POS & GIRO, Jl. Cilaki No. 3, Bandung. Phone : (022) 56337-9
06. MUSEUM PERJUANGAN, Jl. Merdeka No. 28, Bogor.
07. MUSEUM SEJARAH MESJID BANTEN, Jl. Mesjid Banten Lama, Bogor.
08. MUSEUM PUSAKA KANOMAN, Jl. Dalam Kraton Cirebon, Cirebon. Phone: 2665
09. MUSEUM KRATON KASEPUHAN, Jl. Dalam Kraton Kasepuhan. Cirebon. Phone: 4001
10. MUSEUM PRABU GEUSEAN ULUM, Komplek Gedung Negara. Sumedang. Phone: 81714
11. PRA SITE MUSEUM, Jl. Mesjid Banten Lama
12. ZOOLOGICAL BOGORIENSIS MUSEUM, Jl. Ir. H. Juanda N0.3, Bogor. Phone: (0251) 24007
13. HERBARIUM BOGORIENSIS MUSEUM, Jl. Ir. H. Juanda No. 22-24, Bogor. Phone: (0251) 22035
14. BOGOR BOTANIC GARDEN / KEBUN RAYA BOGOR, Jl. Kebun Raya. Bogor
JAWA TIMUR
01. Museum MPU TANTULAR, Jl. Taman Mayang Kara 6, Surabaya, Phone : (031) 67037
02. Museum LOKA JALA CARANA, Jl. Komplek AKABRI Laut, Morokembangan, Surabaya, Phone: (031) 291092
03. Museum BRAWIJAYA MALANG, Jl. Ijen No. 25 A, Malang
04. Museum JOANG 45, Jl. Mayjend. Sungkono, Surabaya, Phone: (031) 67206
05. Museum SUMENEP, Jl. Kantor Kabupaten II, Sumenep
06. ARCHEOLOGICAL Museum KEDIRI, Jl. Jend. A. Yani, Kediri
07. STATUE Museum ( BALAI ARCA ), Jl. Arca, Nganjuk
08. ARCHEOLOGICAL Museum BLITAR, Jl. Sodancho Supriyadi No.40, Blitar, Phone: 81365
09. ARCHEOLOGICAL MOJOKERTO Museum, Jl. Jend. A. Yani No 14, Mojokerto
10. TROWULAN ARCHEOLOGICAL Museum, Jl. Raya Trowulan 13, Mojokerto., Phone: 61362
BALI
01. Museum NEGERI BALI, Jl. Letkol. Wisnu No. 8, Denpasar, Phone: 22680-25054
02. Museum RATNA WARTHA, Jl. Ubud, Gianyar
03. Museum LE MAYEUR, Jl. Sanur, Sanur, Bali
04. Museum GEDUNG ACA, Jl. Bedulu, Blahbatu, Gianyar
05. Museum SENI, Jl. Abian Kapas, Denpasar
06. Museum YADNYA, Jl. Tangawi, Tangawi
07. Museum KIRTYA, Jl. Veteran No. 20, Singaraja
NUSA TENGGARA BARAT
01. Museum NUSA TENGGARA BARAT, Jl. Kekalik, Mataram, Lombok.
02. Museum NEGERI NUSA TENGGARA BARAT, Jl. Panji Tilar Negara, Mataram Phone: 22159.
03. Museum ASIMBUGO, NUSA TENGGARA TIMUR, Museum NEGERI NUSA TENGGARA TIMUR, Jl. Perintis Kemerdekaan, Kelapa Lima, Kupang
04. Museum UDANA, Jl. Jen. Suharto, Kupang
KALIMANTAN BARAT
01. Museum NEGERI KALIMANTAN BARAT, Jl. Jend. A. Yani, Pontianak, Phone: 4600
02. Museum MINI KOREM, Jl. Sintang, Sintang
03. Museum DARA YUANTI, Jl. Dara Yuanti, Sintang
KALIMANTAN TIMUR
01. Museum MULAWARMAN, Jl. Diponegoro, Tenggarong, Phone: (054) 112
KALIMANTAN SELATAN
01. Museum LAMBUNG MANGKURAT, Jl. Jend. A. Yani Km 36, Banjar Baru, Banjar, Phone: 2453
KALIMANTAN TENGAH
01. Museum KALIMANTAN TENGAH, Jl. Cilik Riwut Km 2,5, Palangkaraya.
02. Museum BELANGA, Jl. Tangkiling Km2, Palangkaraya.
SULAWESI SELATAN
01. Museum LA GALIGO, Jl. Banteng Ujung Pandang, Ujung Pandang, Phone : 21305
02. Museum GOA BALA LOMPOA, Jl. Sultan Hassanudin 48, Sungguminassa
03. Museum LA PAWOWOI, Jl. Petta Ponggawe, Watampone
04. Museum BATARA GURU, Jl. Bau Masseppe 86, Pare-pare
05. Museum NERAKA, Jl. Jend. Sudirman No 2, Selayar
SULAWESI TENGAH
01. Museum SULAWESI TENGAH, Jl. Sapiri No 23, Palu, Phone : 22290
02. Museum BANGGA & LORE, Jl. Kabupaten Poso, Poso
03. Museum PUGUNG ULAGO SEMBAH, Jl. Tepi Laut Kaili Barat, Kab Donggala
SULAWESI UTARA
01. Museum NEGERI SULAWESI UTARA, Jl. W.R. Supratman No.72, Manado. Phone : (0431) 2685, 95123
02. Museum WANUA PKSINANTA, Jl. K.H.Dewantara 72, Manado, Phone : (0431) 2685
SULAWESI TENGGARA
01. Museum NEGERI SULAWESI TENGGARA, Jl. Saranani, Wua-wua
MALUKU
01. Museum SIWA LIMA, Jl. Taman Makmur, Ambon, Phone : 42841
02. Museum ISTANA SULTAN TERNATE, Jl. Kabupaten, Maluku Utara
03. Museum MEMORIAL SULTAN TIDORE, Jl. Salero, Tidore
04. Museum SONYINE MALIGE, Jl. Soa Sio Tidore, Halmahera Tengah
IRIAN JAYA
01. Museum NEGERI IRIAN JAYA, Jl. Raya Sentani Km 17,8, Jayapura
02. Museum LOKA BUDAYA, Jl. Uncen, Sentani Abepura, Jayapura
03. Museum KEBUDAYAAN & KEMAJUAN ASMAT, Jl. Keuskupan Agats, Irian Jaya
04. Museum WAEMENA, Jl. Waemena, Irian Jaya
Label:
Museum di seluruh indonesia,
pengetahuan,
wisata
Web Museum Di Indonesia Dan Di Seluruh Dunia
Langganan:
Postingan (Atom)